Rabu, 26 September 2018

JAGALAH AKHLAK YANG MULYA JANGAN BERBICARA KOTOR KEPADA SESAMA MANUSIA

Bismillahirrahmanirrahim

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله





Al Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunannya, dimana Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ


"Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat ditimbangan kebaikan seorang mu'min pada hari kiamat seperti akhlaq yang mulia, dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar."

(Hadits Riwayat At Tirmidzi nomor 2002, hadits ini hasan shahih, lafazh ini milik At Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahadits Ash Shahihah no 876)

⇒ Dalam hadits ini kita perhatikan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam mengkaitkan antara akhlaq yang mulia dengan lisan yang kotor. Seakan-akan bahwasanya kalau anda ingin menjadi orang yang berakhlaq yang mulia jangan memiliki lisan yang kotor.

Oleh karenanya diantara barometer yang paling kuat untuk menilai seorang itu akhlaqnya mulia atau tidak adalah dengan melihat lisannya, karena lisan itu ungkapan hati.

Sehingga bisa diketahui bagaimana hatinya, kesombongannya atau tawadhu'nya,

Husnuzhan atau su'uzhan semua bisa terlihat dari lisan, terlihat dari ungkapan-ungkapan lisannya yaitu bisa mengambarkan dari isi hatinya.

Maka benar jika demikian, standard atau barometer untuk menilai akhlaq seorang buruk dengan kita lihat lisannya.

Karenanya dalam hadits yang lain dalam Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ


"Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya pada hari kiamat disisi Allah adalah orang yang ditinggalkan oleh masyarakat."

(Hadits Riwayat Muslim nomor 2591)

⇒ Ditinggalkan oleh manusia (teman-temanya),  kenapa?

Karena اتِّقَاءَ فُحْشِهِ, takut dengan lisannya yang buruk.

Hadits ini memberi peringatan kepada kita agar kita menjaga lisan kita.

Bahkan tatkala kita menyampaikan kebenaran, menyuarakan yang hak (misalnya):

√ Ingin menyampaikan sunnah Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.
√ Ingin menyampaikan tauhid.

Kita harus menjaga lisan kita.

Jangan sampai kita berkata-kata yang kasar (kotor) sehingga membuat orang lain lari, orang tidak bisa menerima.

Kenapa?

Karena kotornya lisan kita.

Perhatikan!

Dalam satu hadits tatkala datang sekelompok orang-orang Yahudi datang menemui Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, kemudian mereka mengejek Nabi, mereka mendo'akan keburukan kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.

Kata mereka:

 السَّامُ عَلَيك


‌‌_"Asamu'alaik,  Ya Abu Qassim."_

(Kebinasaan atasmu Wahai Abu Qassim)

⇒ Kalau orang mendengar sepintas, seakan-akan mereka berkata, "Assalamu'alaik (keselamatan bagi engkau)," tetapi huruf "lam" nya mereka hilangkan. Sehingga artinya menjadi semoga engkau cepat mati.

Maka Nabi menjawab, "Wa'alaikum (kalian juga)."

Cukup Nabi menjawab do'a keburukan mereka juga.

Ternyata 'aisyah radhiyallahu Ta'ala 'anha tidak kuat (tidak sabar) tatkala mendengar suaminya (Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam) dicerca oleh orang-orang Yahudi.

Maka 'aisyahpun marah (membalas), 'aisyah berkata:

وعليكم السام، لعنة الله عليكم وغضب الله عليكم إخوة القراد والخنازير


"Wa'alaikumussam laknatullahi alaikum, wa ghadhabullahi'alaikum, Ikhwatalqiradatul walkhanazir"

(Semoga kalian yang cepat mati, laknat Allah bagi kalian, Allah murka bagi kalian, wahai saudara-saudara babi-babi dan monyet-monyet).

Maka 'aisyah ditegur oleh Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, kata Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam:

يَا عَائِشَةَ لَا تَكُوْنِيْ فَاحِشَةَ


"Wahai 'aisyah jangan engkau menjadi orang yang mulutnya kotor."

(Hadits Riwayat Muslim nomor 2165)

Dalam riwayat lain kata Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam:

ما كان الرفق في شيء إلا زانه، ولا نُزع الرفق من شيء إلا شانه


"Tidaklah kelembutan diletakkan pada suatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah diangkat kelembutan tersebut kecuali akan merusaknya."

(Hadits ini diriwayatkan oleh imam  Muslim nomor 2594 dengan lafazh yang berbeda.)

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ


"Sesungguhnya kasih sayang (kelembutan) itu tidak akan berada pada sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya. Sebaliknya, jika kasih sayang (kelembutan) itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk."

'aisyah, dikatakan oleh  Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam:

 لا تكون فاحسه


"Janganlah engkau menjadi orang yang berkata-kata kotor."

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الله عزّ وجلّ لاَ يُحِبُ الفُحْشَ وَلَا التَفَحُش


"Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla tidak suka dengan perbuatan keji dan kata-kata yang kotor (kasar)."

(Hadits Riwayat Ahmad nomor 24735)

Padahal kalau kita perhatikan, bagaimana sikap 'aisyah?

Perkataanya benar, tidak ada yang salah semua perkataannya (dalilnya) ada dalam Al Quran.

⑴ Kata 'aisyah radhiyallahu Ta'ala 'anha (ummul mu'minin), "Laknatullah alaih," benar bahwasanya, "Laknatullah alaikum," bahwasanya  orang Yahudi terlaknat.

Allah yang berfirman:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ


"Telah terlaknat orang-orang kafir dari Bani Israil (Yahudi) dengan lisan Daud dan 'isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas."

(QS Al Maidah: 78)

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ


"Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."

(QS Al Maidah: 79)

Mereka juga di murkai, kata Allah Subhanahu wa Ta'ala:

 غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ


Bukan dari jalan orang-orang yang di murkai.

Kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dijauhkan dari jalan orang-orang yang di murkai yang setiap hari kita membaca dalam shalat kita.

⑵ Mereka dilaknat, mereka dimurkai oleh Allah, sekarang mereka juga kata 'aisyah saudaranya babi-babi dan monyet-monyet, dan benar.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang nenek moyang orang-orang Yahudi:

 كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ


"Jadilah kalian kera-kera yang hina."

(QS Al Baqarah: 65)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِير


"Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang kedudukannya lebih buruk disisi Allah?

Mereka adalah orang yang dilaknat oleh Allah dan di murkai oleh Allah, dan diantara mereka ada yang dirubah menjadi babi-babi dan monyet-monyet."

(QS Al Maidah: 60)

⇒ Ternyata perkataan 'aisyah benar, tidak ada salahnya tatkala 'aisyah mencela orang-orang Yahudi.

Bahkan 'aisyah radhiyallahu Ta'ala 'anha mencela karena membela Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, membela sumber sunnah, bukan hanya sunnah tetapi membela orangnya.

Siapa sumber sunnah?

Sumber sunnah adalah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam.

'aisyah membela Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam tapi ternyata salah dan 'aisyah ditegur oleh Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya tatkala kita menyeru kepada tauhid, kepada sunnah, kita membantah orang-orang yang bersalah sampaikan dengan kata-kata yang lembut apalagi kepada orang-orang kafir.

Kepada orang-orang Yahudi saja kita diminta memilih kata-kata yang baik apalagi kepada sesama muslim.

Kalau kita mendebat, kita mendebat dengan cara yang baik.

Kata Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ


"Janganlah kalian mendebat ahlul kitab, kecuali dengan cara yang terbaik."

(QS Al 'Ankabut: 46)

Boleh berdebat dengan ahluk kitab tapi dengan cara yang baik. Bila dengan ahlul kitab saja kita disuruh berdebat dengan cara yang baik,

√ Apalagi dengan berdebat sesama muslim,
√ Apalagi dengan orang yang sama-sama mengucapkan "La ilaha illallah".
√ Apalagi dengan yang sama-sama menginginkan kebaikan.

Maka jaga lisan kita.

⇒ Kalau kita tidak menjaga lisan kita, ingat! dosanya (akibatnya) bahaya, kita akan di murkai oleh Allah (dibenci oleh Allah).

Ingat dalam hadits tadi dalam sunan Tirmidzi, kata Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam:

وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ


Dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allah sangat benci kepada orang yang berkata-kata kasar dan kotor.

Di sini Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam mendatangkan " انّ " taukid untuk penekanan dan lam taukid, kalau kita artikan dalam bahasa Indonesia "dan".

Meskipun benar isinya tetapi bila kotor dan kasar maka Allah tidak suka. Apalagi bila kata-katanya tidak benar, apalagi apabila tuduhannya tidak benar.

Yang perkataannya benar saja jika disampaikan dengan cara yang kasar dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka kalau anda terbiasa dengan perkataan kasar (perkataan kotor),

√ Suka menyindir orang,
√ Suka menjatuhkan hati orang lain,
√ Suka mengejek orang lain

Ya Akhi, jangan-jangan anda kemudian menjadi orang yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kenapa?

Karena Allah benci orang yang seperti ini, orang yang berakhlaq buruk, kalau anda sudah dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, apa yang bisa anda harapkan?

Dibenci oleh pencipta alam semesta, gara-gara lisan anda yang kotor.

Maka jagalah lisan. Berusahalah berkata-kata yang baik tidak menyinggung perasaan orang lain. Bukan hanya dalam berdakwah, bahkan dalam skala kecil (misalnya) terhadap istri kita, terhadap suami, terhadap anak-anak, jangan terbiasa kata-kata kotor.

Supaya kita bisa berakhlaq mulia, supaya lebih dekat dengan Al habieb Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam dihari kiamat kelak.


وبالله التوفيق
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Semoga bermanfaat